Headshot (2016)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Monday, September 18, 2017
with No comments
sinopsis:
Satu lagi film tanah air yang menampilkan aksi dari aktor Iko Uwais.
Film yang menampilkan sejumlah akting dari aktor dan aktris Indonesia
ini akan menghibur anda dengan alur cerita yang menegangkan akan siap
menghibur anda pada 8 Desember 2016 ini.
Seorang pemuda yang tiba-tiba terbangun dari komanya kaget dengan
keadaan disekitarnya. Ia tiba-tiba terbangun disebuah ruangan dengan
peralatan medis lengkap dan bukan seorang dokter atau pihak rumah sakit
yang merawatnya namun adalah Ainin, mahasiswi kedokteran. Ainin yang
telah merawat pemuda itu memberinya nama Ismael. Ismael dirawat Aini
karena luka tembak yang ada dikepala serta keadaan Ismael yang babak
belur.
Setelah sadar dari komanya Ismael dan Ainin memulai hidup baru. Mengira
bahwa semua akan baik-baik saja namun mereka menyadari bahwa masa lalu
Ismael kembali mengikutinya, dan menyeret Ainin ke dunia yang kelam.
Ainin yang diculik oleh segerombolan kelompok kriminal bernama Lee harus
membuat Ismael mengingat kembali kehidupan masa lalunya. Dengan tekad
yang kuat, Ismael berusaha menyelamatkan Ainin yang telah membawa
kehidupan baru walaupun ia tidak tahu alasan kenapa Aini
menyelamatkannya. Saksikan kisah selanjutnya dalam film Headshoot.
review:
Kesuksesan The Raid dan Berandal di tanah air ibarat pendobrak gerbang besar yang selama ini tertutup oleh keraguan membuat film action di
Indonesia itu tak akan laku. Bermuatan aksi-aksi sadis nan brutal,
kedua film arahan Gareth Evans tersebut ternyata mendapat sambutan
meriah selama masa penayangannya, dan masing-masing mengumpulkan sejuta
lebih penonton. Tembus “angka keramat” memang bukan perkara mudah,
tetapi bisa dilakukan, termasuk oleh film dengan konten bag-big-bug-crot
sekalipun. Apalagi sinema kita dulunya
memang dihiasi banyak film-film berisikan tembak-tembakan dan
baku-hantam. Gareth memang muncul di saat yang tepat kala penonton
merindukan film action lokal yang tidak sekedar tonjok-tonjokan
tapi juga berkualitas. Film bagus itu menurut saya akan dengan
sendirinya bertemu dengan penontonnya, entah itu horor setan-setanan
ataupun film gebuk-gebukan. Pasca The Raid, mereka yang “latah” merilis action saling sikut di bioskop, sayangnya kebanyakan hanya mengekor, memanfaatkan momentum, kualitasnya babak belur. Sejauh ini, 3-nya Anggy Umbara dan Juara-nya Charles Gozali yang paling memuaskan.
Melihat Headshot garapan duo sakit jiwa Mo Brothers (Rumah Dara, Killers) yang pertama kali diingat jelas The Raid, saya tidak pungkiri itu. Apalagi ditambah ada beberapa alumni The Raid/Berandal
macam Iko Uwais, Julie Estelle si gadis yang gemar getokin kepala orang
pake palu, Very Tri Yulisman dan juga Zack Lee. Tapi tentu saja Timo
dan Kimo tidak membuat Headshot untuk jadi The Raid ke-3 atau film action tandingan, kemiripannya berhenti pada pemain dan tema yang sama-sama mengusung banyak adegan aksi brutal. Selebihnya, Headshot
memiliki gaya yang jauh berbeda dengan film gebuk-gebukannya Gareth,
ciri khas Mo Brothers tetap menonjol disana, baik secara visual maupun
penuturan cerita. Untuk bikin Headshot semakin menjauh dari bayang-bayang The Raid,
Timo yang menuliskan skrip sudah mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan
sangat baik, dimulai pada karakter Iko yang diobrak-abrik agar penonton
tidak lagi melihat seorang Rama, melainkan Ishmael yang lebih manusiawi.
Begitupula Julie yang tidak lagi tampak seperti Alicia alias Hammer Girl. Rasa The Raid memang tak 100% hilang, setidaknya Mo Brothers sudah berusaha.
Kita sudah tahu kalau Mo Brothers itu gila, jadi tidak mengherankan apabila film yang sempat tayang di Toronto International Film Festival ini bakal disesaki oleh adegan-adegan gila khas mereka. Tapi Headshot bukan saja soal bagaimana Timo dan Kimo mempresentasikan action yang gila, saya pikir yang benar-benar layak disebut gila adalah ide mereka memasukkan seorang Chelsea Islan yang innocent
ke dalam dunia penuh kebrutalan. Chelsea nantinya akan memerankan
karakter bernama Ailin, dokter (magang) yang merawat sekaligus diam-diam
mengagumi Ishmael, pasiennya yang mengalami amnesia akibat cedera berat
di kepala. Ailin dan Ishmael semakin dekat dalam sekejap, namun orang
dari masa lalu merusak segalanya. Seorang bernama Lee (Sunny Pang) yang
berjuluk “ayah dari neraka” mencari Ishmael dan menginginkannya mati,
Ailin ikut jadi sasaran. Awalnya sih terasa aneh melihat Screenplay
Infinite Films yang biasa memproduksi film-film bertema drama romantis,
kemudian melompat ke kubangan darah, merilis action tak bermoral. Keanehan tersebut berkembang jadi keunikan, ciptakan daya tarik dari hasil mengawinkan brutal dan romantis.
Pengalaman
menarik tatkala di sela-sela aksi tarung berdaya adrenalin kencang,
kita juga bisa melihat Ailin dan Ishmael saling bertatap menyembunyikan
rasa di balik mata yang memar dan wajah berlumur darah. Mo Brothers saya
rasa sudah berhasil mengemas Headshot agar dapat dinikmati
tidak hanya penonton seperti saya (yang memang sesat dan bejat), tetapi
juga penontonnya Chelsea Islan serta Screenplay. Action sadis
yang bertebaran berimbang dengan porsi dramanya, tak sekedar
pukul-pukulan tapi ada usaha Mo Brothers untuk merajut cerita, meski
penceritaan tetap bukanlah atraksi utama di Headshot. Bayar
karcis nonton, saya tentu saja berharap akan dijejali aksi maha dahsyat,
ekspektasi langsung dibayar lunas begitu Mo Brothers pamerkan beragam
adegan berkelahi, mengadu jurus dan juga tembak-tembakan. Semua
dipertontonkan dengan koreografi yang bisa dibilang biadab, sangat
meyakinkan hingga tulang-tulang saya ikut terasa remuk. Didukung
karakter-karakter badass yang suka main darah, termasuk peran yang dimainkan Chelsea Islan, Headshot menghamburkan isi otak sinting Mo Brothers dengan cara paling anjing sekaligus manis.
0 komentar:
Post a Comment