Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 16, 2017
with No comments
Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)
review:
Legenda mengenai para dewa merupakan salah satu tema yang cukup
menarik untuk diangkat menjadi dasar sebuah kisah petualangan fantasi
yang baru. Tak terkecuali kisah petualangan Percy Jackson karya Rick
Riordan yang mengambil tema mengenai sekumpulan anak setengah dewa atau
dewi ini.
Kisah petualangan Percy Jackson yang terdiri dari lima buah buku ini
telah menuai kesuksesan sejak perilisan bukunya di tahun 2005 silam.
Kesuksesan tersebut membuat seri petualangan Percy Jackson pun
diadaptasi menjadi film layar lebar. Setelah tahun 2010 kemarin “Percy
Jackson: The Lightning Thief” yang diadaptasi dari salah satu buku seri
tersebut telah tayang di layar lebar, kini giliran buku keduanya yang
hadir pada layar lebar termasuk di Tanah Air kita. Melanjutkan kisah
petualangan Percy Jackson, kini saatnya sang anak lelaki keturunan Dewa
Laut Poisedon tersebut melanjutkan petualangan yang seru dan menegangkan
lewat “Percy Jackson: Sea of Monsters”!
Melanjutkan kisah dari
perseteruan yang ada dalam “Percy Jackson: The Lightning Thief”, kini
Percy Jackson (Logan Lerman) pun melanjutkan kehidupannya yang tenang di
Camp Half-Blood bersama para teman sesama Half-Blood.
Walau berstatus
sebagai pahlawan yang berhasil mencegah ancaman dunia, Percy tak lain
hanyalah seorang anak keturunan Poisedon yang biasa saja. Bahkan, ia
harus mengakui kekalahannya terhadap Clarisse La Rue (Leven Rambin),
sang anak perempuan keturunan Dewa Perang Ares yang tengah naik daun di
Camp Half-Blood tersebut. Karenanya, Percy menjadi kurang percaya diri
dan menganggap bahwa keberhasilannya yang lalu hanyalah sebatas
keberutungan semata, walau sahabatnya Annabeth Chase (Alexandra Addario)
serta satyr-nya Grover Underwood (Brandon T. Jackson) berusaha
menghibur Percy.
Di tengah kebimbangannya tersebut, tiba-tiba terjadi suatu hal yang
tak terduga di Camp Half-Blood tersebut. Pohon Thalia yang selalu
memberikan perlindungan dari berbagai ancaman diracun oleh seseorang,
sehingga pertahanannya pun luntur karenanya. Untuk dapat mengembalikan
pertahanan mereka seperti sedia kala, maka pohon Thalia membutuhkan alat
magis Golden Fleece yang mampu menyembuhkan apapun yang menyentuh alat
magis ini.
Tentu saja, perjalanan untuk mencari alat magis tersebut
tidaklah mudah karena beragam bahaya yang menanti para pencarinya. Dan
hal itu belum termasuk bahaya dari para oknum yang bermaksud mendapatkan
alat magis Golden Fleece demi rencana yang dapat kembali mengancam
kedamaian dunia. Mampukah Percy dan para kawannya mendapatkan alat magis
tersebut untuk mengembalikan kondisi pohon Thalia seperti semula? Dan
apakah ia juga berhasil mencegah rencana jahat para oknum yang berniat
merebut Golden Fleece tersebut?
Sebuah petualangan yang seru dan penuh fantasi, itulah yang tersirat
sepanjang film ini berlangsung. Tidak kalah jika dibandingkan dengan
film pertamanya, “Percy Jackson: Sea of Monsters” masih mampu untuk
menawarkan beragam aksi seru Percy dan kawan-kawannya. Beragam tokoh
baru turut diperkenalkan lewat film sekuel Percy Jackson tersebut yang
juga memegang peranan penting dalam film kedua ini, membuat alur cerita
berkembang menjadi lebih menarik untuk disimak.Petualangan dari Percy
Jackson dan kawanannya tersebut tentunya didukung juga dengan efek
visual yang indah dan cukup menggelitik, seolah membawa para penontonnya
untuk ikut merasakan apa yang tengah dihadapi oleh para tokohnya. Tidak
ketinggalan juga beberapa makhluk mitologi yang hadir sebagai kawan
maupun lawan di dalam film ini cukup menarik untuk disimak. Selain
vsualisasi secara CGI yang indah, para makhluk mitologi ini mampu
menambah imajinasi penontonnya, terutama penonton yang berusia lebih
muda.Hal yang cukup disayangkan adalah karena melanjutkan kisah dari
film pertamanya dengan durasi film yang tergolong singkat, maka
penjelasan lengkap mengenai latar belakang Percy Jackson maupun
tokoh-tokoh yang hadir dalam film “Percy Jackson: Sea of Monsters” ini
kurang mendalam jika dibandingkan dengan film “Percy Jackson: The
Lightning Thief”. Penonton yang tidak mengikuti seri Percy Jackson dari
film pertama maupun membaca buku novelnya masih dapat menikmati alur
cerita yang disajikan. Namun ada kemungkinan sebagian penonton akan
merasa kebingungan mengenai para tokoh yang hadir di dalamnya.Meskipun
film “Percy Jackson: Sea of Monsters” masih memiliki beberapa
kekurangan, tetapi film adaptasi dari novel fiksi berjudul sama ini
mampu menghibur para penontonnya dengan beragam kejenakaan serta tema
fiksi yang menarik. Tidak hanya cocok untuk anak-anak, tetapi film ini
juga dapat dinikmati oleh orang tua juga karenanya. Jika hendak menonton
dan ingin menikmati keseruan dalam “Percy Jackson: Sea of Monsters”
lebih maksimal, maka tak ada salahnya untuk mencoba menonton film ini
dalam format 3D maupun 4DX.
0 komentar:
Post a Comment