Undisputed III: Redemption
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 16, 2017
with No comments
Undisputed III: Redemption
review:Yuri Boyka telah kembali, dan siap beraksi lagi dalam sekuel kedua, Undisputed III: Redemption.
Scott Adkins, seorang aktor bertubuh kekar dengan kemampuan ilmu bela
diri fantastis yang sebelumnya sempat memerankan Weapon XI dalam X-Men Origins: Wolverine
(2009), kembali memerankan Boyka. Adkins adalah Boyka, seperti
Schwarzenegger adalah The Terminator, atau Stallone adalah John Rambo
yang memang tidak tergantikan oleh siapapun. Sukses dengan peran Boyka,
sepertinya karakter Boyka telah melekat pada diri Adkins. Awalnya Yuri
Boyka adalah tokoh antagonis yang menjadi lawan George Chambers (Michael
Jai White) dalam Undisputed II: Last Man Standing (2006). Namun tak disangka, karakter Boyka ternyata memiliki popularitas dan daya tarik yang besar. Dengan
penampilan yang garang, kelincahan dan kemampuan akrobatik yang memukau
mampu mencuri perhatian penonton dan memiliki penggemar tersendiri.
Kini, sepak terjang Boyka bisa dikatakan dihadirkan dalam bentuk spin-off,
walaupun masih menggunakan judul Undisputed dan masuk hitungan sekuel.
Isaac Florentine tetap duduk selaku sutradara. Kolaborasi nama Adkins
dan Florentine sudah tidak terasa asing lagi. Karena sebelumnya mereka
sudah sering bekerja sama lewat salah satunya, The Shepherd: Border Patrol (2008), yang mempertemukan Jean-Claude Van Damme dengan Adkins. Tidak ketinggalan dengan sepak terjang ninja modern dalam Ninja (2009).
Melanjutkan
akhir cerita sebelumnya, setelah mengalami kekalahan dan cedera lutut
dari pertarungan terakhir, Boyka kini setiap harinya hanya bekerja
sebagai pembersih toilet di penjara. Tak lama kemudian, terdengar kabar
bahwa pertarungan yang melibatkan para petarung-petarung terbaik dari
segala penjara yang berbeda-beda akan digelar kembali. Mengetahui hal
tersebut, jiwa petarung Boyka seakan-akan kembali terpanggil. Apalagi
hadiah yang ditawarkan untuk pemenangnya sangatlah menggiurkan, yaitu
kebebasan. Boyka harus berjuang kembali mengangkat martabat dan harga
dirinya, dan mendapatkan kebebasan yang selama ini diinginkannya.
Perlu diingat, Undisputed III: Redemption
adalah film kelas B. Seperti kebanyakan film-film kelas B pada umumnya,
film ini juga tidak menawarkan kualitas cerita yang berbobot dan akting
papan atas. Namun film ini cukup memberikan ‘kekuatan’ tersendiri dari
alur cerita yang dihadirkan. Dari segi cerita memang biasa saja, tapi
dieksekusi dengan cukup solid. Bahkan untuk ukuran sebuah film
kelas B, film ini memberikan pendalaman karakter yang terbilang cukup
baik. Karakter Boyka dieksplor lebih dalam lagi, dan memiliki hubungan
interaksi dengan karakter-karakter lainnya. Jauh lebih baik dibandingkan
peran Boyka sebelumnya. Tapi apakah cerita semata yang coba ditawarkan
dalam sebuah film laga? Tentu tidak. ‘Bintang utama’ dari film ini
tentunya adalah pertarungan demi pertarungan yang disuguhkan tanpa trik
kamera, sling/wire, ataupun efek-efek CGI.
Semua adegan aksi dilakukan murni oleh para aktor-aktor bela diri yang
ada. Tentu juga tidak menarik apabila tanpa didukung dengan
koreografi-koreografi yang apik. Maka nama Larnell Stovall yang sudah
tidak asing lagi dengan film-film laga, hadir sebagai penata laga
sekaligus stunt coordinator. Nama-nama aktor pentolan bela diri seperti Lateef Crowder (Tom Yum Goong), dan Marko Zaror (Kiltro)
juga ikut mendukung demi menghadirkan pertarungan-pertarungan yang
brutal dengan kualitas teratas dan menghibur. Segala gerakan-gerakan
akrobatik maupun ground-fighting ditampilkan dengan sangat alami, tanpa mengurangi tingkat kelogisan yang memberikan kesan absurd.
Florentine nampaknya tahu benar selera
para pecandu aksi laga dan mengerti kemampuan masing-masing aktor.
Sangat terlihat bahwa Florentine memberikan kebebasan untuk para aktor
agar dapat memberikan kemampuan terbaik mereka. Dari jaminan kepuasan
yang diberikan, sekali lagi Isaac Florentine membuktikan bahwa ia adalah
salah satu yang terbaik dalam aksi-aksi laga.
0 komentar:
Post a Comment