ATTACK ON TITAN (2015)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 16, 2017
with No comments
ATTACK ON TITAN (2015)
Tragedi tersebut membuat Eren dan Armin harus kehilangan keluarga serta Mikasa sekaligus. Dua tahun kemudian, mereka berdua pun ikut bergabung secara sukarela bersama tim ekspedisi ke luar tembok dengan beberapa rekan baru seperti Sasha Blouse, Jean Kirstein, Sannagi, Lil, Fukushi, dan Hiana.
REVIEW:
Seperti halnya versi aslinya, kisah dalam film ini juga
mengetengahkan pertikaian antara manusia melawan para titan (raksasa).
Gawatnya, para raksasa tidak hanya sekedar membunuh, tapi juga memakan
manusia yang dilihatnya.
Sedikit berbeda dari manga maupun anime, di sini kita melihat sang
tokoh utama, Eren yang berusia yang cukup dewasa saat diperkenalkan
pertama kali. Bahkan, dua temannya, Mikasa dan Armin pun sebaya
dengannya.
Ketika mereka bertiga penasaran dengan dunia luar dan bermimpi untuk
melihat laut, tiba-tiba muncullah sesosok titan ukuran besar yang
menghancurkan tembok pelindung umat manusia. Meskipun titan penghancur
tembok menghilang, namun raksasa lain yang lebih kecil telah berhasil
merenggut nyawa manusia dengan cara memakan mereka.
Tragedi tersebut membuat Eren dan Armin harus kehilangan keluarga serta Mikasa sekaligus. Dua tahun kemudian, mereka berdua pun ikut bergabung secara sukarela bersama tim ekspedisi ke luar tembok dengan beberapa rekan baru seperti Sasha Blouse, Jean Kirstein, Sannagi, Lil, Fukushi, dan Hiana.
Dipimpin oleh Hans dan Kubal, mereka pun melakukan perjalanan dengan
rangkaian mobil. Setiap sudut desa dan kota yang sudah hancur mereka
jelajahi demi bisa menemukan jawaban terhadap eksistensi para titan.
Tanpa diduga, ekspedisi mereka berujung pada misi bunuh diri yang
membuat satu persatu anggotanya dijadikan sebagai santapan para titan.
Eren dan Armin pun harus bertahan hidup dari serbuan raksasa hingga
mereka bertemu dengan orang paling kuat di dunianya, Shikishima. Rahasia
tentang Eren pun akhirnya terkuak dalam sebuah tragedi.
Apa yang ditawarkan dalam film bagian pertama ini, memang nyaris
serupa tapi tak sama dengan versi manga maupun anime. Beberapa momen
tentu tak asing lagi bagi yang sudah menikmati cerita asli karya Hajime
Isayama itu.
Sekilas, film ini memang tampak megah hingga menimbulkan ekspektasi
tinggi bagi fans berat. Sayangnya begitu disaksikan, banyak hal-hal
tertentu yang membuat kualitas adaptasi ini jauh di bawah versi anime
maupun manga.
Hal pertama bisa dilihat dari adegan pembuka yang
boleh dikatakan agak bertele-tele dan dipanjang-panjangkan tipikal khas
film Jepang. Lalu, kita juga melihat cukup banyak watak karakter maupun
momen jenaka dari manga yang terlalu dipaksakan untuk diselipkan ke
dalam adegan atau dialog penting.
Tentunya, pecinta berat film secara umum yang mengamati bloopers atau plot hole,
akan menemukan banyak sekali hal-hal tersebut di film ini. Ditambah
lagi, beberapa unsur dewasa yang menyerempet seksualitas baik itu verbal
maupun tindakan, terasa kurang pas dimasukkan.
Bahkan adegan
ketika beberapa karakternya tewas pun tampak lebih konyol, dan malah
jauh lebih dramatis versi anime. Dalam hal visualisasi pun, wujud titan
dan aksi beberapa karakternya masih tergolong jauh dari sempurna.
Sebagian besar titan pun tampak seperti manusia yang telanjang, meski
ada beberapa riasan yang mengurangi kevulgaran tubuh setiap aktor atau
aktris pemeran para raksasa itu.
Alat manuver 3D di film ini juga tampak seperti barang yang langka
dan sulit untuk digunakan. Hal itu sangat berbeda dengan versi aslinya
di mana hampir semua prajurit sudah terlatih mengenakan alat tersebut.
Alhasil
bagi para pecinta fanatik Attack on Titan, bolehlah sedikit
mengapresiasi hasil kerja keras sutradara Shinji Higuchi ini dengan
menyaksikan filmnya di bioskop CGV Blitz kesayangan. Setidaknya, kita
telah mendapat gambaran bagaimana jika franchise yang mendapat berbagai
penghargaan ini diadaptasi menjadi sebuah film live-action.
0 komentar:
Post a Comment