SPECTRAL (2016)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 16, 2017
with No comments
review:
Spectral merupakan film sekali tamat
yang diproduksi oleh Netflix. Meski sekali tamat, film ini terasa
seperti gabungan episode perdana dan episode terakhir dari sebuah film
serial. Visualisasi dan alur cerita Spectral pun begitu kental dengan
aura film seri. Oleh karenanya, Anda akan merasa hambar saat menonton
film ini dari awal hingga akhir. Film ini disutradarai oleh Nic Mathieu
yang dibantu oleh rekannya, yaitu dua orang penulis naskah ternama
bernama John Gatins dan juga Ian Fried. Film ini dirilis di Amerika pada
bulan Agustus, tepatnya di tanggal 12 Agustus 2016.
Spectral dibuka dengan sebuah peperangan yang terjadi antara prajurit
Amerika dengan sekelompok teroris dimana kedua belah pihak menimbulkan
korban tewas secara tidak wajar. Mereka tidak mendapatkan luka apapun
selain kulit yang dingin dan organ dalam melepuh. Seorang prajurit
tersisa menelusuri jejak para prajurit yang tewas hingga sampai ke
sebuah bangunan yang disinyalir tempat para terroris. Ia pun
memberanikan diri masuk ke dalam bangunan tersebut tanpa menunggu
helikopter evakuasi. Di sana, ia menemukan beberapa prajurit dan teroris
yang tewas tanpa satupun bekas tembakan. Kondisi mereka sama seperti
korban tewas lainnya. Hingga di dalam sebuah ruangan, alat visual pada
helmnya menangkap sebuah gangguan berupa cahaya putih yang menyerupai
tubuh manusia yang dipenuhi oleh asap.
Dari segi cerita, spectral
sebenarnya cukup membangun pondasi dengan baik. Sosok putih misterius
yang hanya bisa ditangkap oleh alat hyperspectral ini menjadi daya tarik
cerita (bukan daya tarik penonton) untuk membawa seseorang yang mampu
menjelaskan fenomena-fenomena sosok putih secara logis. Hal ini pun
sebenarnya berpotensi menarik rasa penasaran penonton. Namun, seperti
yang telah saya katakan di awal, Spectral cenderung mengarah ke sebuah
film serial. Durasi yang kurang lebih sekitar 90 menit kurang mampu
memberikan fakta yang akurat tentang misteri sosok putih ini, sehingga
penjelasan-penjelasan yang ada terpaku pada seorang ilmuan dengan cara
yang egois. Kita tidak diberi kesempatan untuk mengikuti penjelasan atau
clue mengenai makhluk ini. Ditambah lagi, film ini cukup memaksakan
fakta-fakta minim untuk mengambil kesimpulan seolah sang sutradara
begitu terbatasi oleh durasi. Kualitas visual film ini tidak bisa
dikatakan buruk, namun sudah baik untuk sebuah film serial. Tapi
sayangnya, Spectral harus bersaing dengan film-film Box office. Cerita
yang disuguhkan Spectral begitu terbatasi oleh durasi. Sang sutradara
tidak mampu berbuat lebih untuk mengakali kualitas cerita agar mampu
beradaptasi dan mengalir dengan durasi 90 menit. mungkin akan lebih baik
jika Spectral dijadikan sebuah film serial layaknya film-film yang
disokong oleh Netflix. Jika datang ke dunia Box Office dengan kualitas
cerita dan visual yang baik namun apa adanya, tidak akan mampu
membuatnya bersaing ketat bahkan dengan film-film Box Office papan
bawah.
0 komentar:
Post a Comment