Home » » SPECTRAL (2016)

SPECTRAL (2016)


review:
Spectral merupakan film sekali tamat yang diproduksi oleh Netflix. Meski sekali tamat, film ini terasa seperti gabungan episode perdana dan episode terakhir dari sebuah film serial. Visualisasi dan alur cerita Spectral pun begitu kental dengan aura film seri. Oleh karenanya, Anda akan merasa hambar saat menonton film ini dari awal hingga akhir. Film ini disutradarai oleh Nic Mathieu yang dibantu oleh rekannya, yaitu dua orang penulis naskah ternama bernama John Gatins dan juga Ian Fried. Film ini dirilis di Amerika pada bulan Agustus, tepatnya di tanggal 12 Agustus 2016.
Spectral dibuka dengan sebuah peperangan yang terjadi antara prajurit Amerika dengan sekelompok teroris dimana kedua belah pihak menimbulkan korban tewas secara tidak wajar. Mereka tidak mendapatkan luka apapun selain kulit yang dingin dan organ dalam melepuh. Seorang prajurit tersisa menelusuri jejak para prajurit yang tewas hingga sampai ke sebuah bangunan yang disinyalir tempat para terroris. Ia pun memberanikan diri masuk ke dalam bangunan tersebut tanpa menunggu helikopter evakuasi. Di sana, ia menemukan beberapa prajurit dan teroris yang tewas tanpa satupun bekas tembakan. Kondisi mereka sama seperti korban tewas lainnya. Hingga di dalam sebuah ruangan, alat visual pada helmnya menangkap sebuah gangguan berupa cahaya putih yang menyerupai tubuh manusia yang dipenuhi oleh asap.
Dari segi cerita, spectral sebenarnya cukup membangun pondasi dengan baik. Sosok putih misterius yang hanya bisa ditangkap oleh alat hyperspectral ini menjadi daya tarik cerita (bukan daya tarik penonton) untuk membawa seseorang yang mampu menjelaskan fenomena-fenomena sosok putih secara logis. Hal ini pun sebenarnya berpotensi menarik rasa penasaran penonton. Namun, seperti yang telah saya katakan di awal, Spectral cenderung mengarah ke sebuah film serial. Durasi yang kurang lebih sekitar 90 menit kurang mampu memberikan fakta yang akurat tentang misteri sosok putih ini, sehingga penjelasan-penjelasan yang ada terpaku pada seorang ilmuan dengan cara yang egois. Kita tidak diberi kesempatan untuk mengikuti penjelasan atau clue mengenai makhluk ini. Ditambah lagi, film ini cukup memaksakan fakta-fakta minim untuk mengambil kesimpulan seolah sang sutradara begitu terbatasi oleh durasi. Kualitas visual film ini tidak bisa dikatakan buruk, namun sudah baik untuk sebuah film serial. Tapi sayangnya, Spectral harus bersaing dengan film-film Box office.  Cerita yang disuguhkan Spectral begitu terbatasi oleh durasi. Sang sutradara tidak mampu berbuat lebih untuk mengakali kualitas cerita agar mampu beradaptasi dan mengalir dengan durasi 90 menit. mungkin akan lebih baik jika Spectral dijadikan sebuah film serial layaknya film-film yang disokong oleh Netflix. Jika datang ke dunia Box Office dengan kualitas cerita dan visual yang baik namun apa adanya, tidak akan mampu membuatnya bersaing ketat bahkan dengan film-film Box Office papan bawah.


Share This :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2016 PENIKMAT FILM