FURY (2014)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 16, 2017
with No comments
FURY (2014)
REVIEW:
Satu lagi film mengenai perang dan heroisme Amerika (German, SS & Nazi always the enemy). Saya sebenarnya tidak terlalu suka dengan film action, namun war-movie
adalah salah satu perkecualian. Entahlah, mungkin karena biasanya film
perang tidak melibatkan perempuan - perempuan seksi yang kerap kali ada
di film action (contoh gampangnya James Bond, tentu saja) -
sebaliknya film perang biasanya dipenuhi cowok-cowok tampan yang tampil
garang dan gagah berani. Kali ini Brad Pitt kembali menjadi salah satu tentara setelah terakhir
kali doi main di film Quentin Tarantino tahun 2010, Inglorious Basterds.
Film mengenai perang adalah salah satu tema yang cukup populer di dunia
perfilman, dan David Ayer mencoba mengambil tokoh utama yang berbeda :
sebuah tank dan pasukannya. Atmosfer perang yang mencekam dan brutal
divisualisasikan oleh Ayer dengan baik, ditambah dengan totalitas
suasana perang yang terasa meyakinkan. Tidak butuh waktu lama bagi David
Ayer untuk langsung menerjunkan kita ke suasana perang yang mengerikan,
yang terasa intens dan membuat durasi 134 menit berjalan begitu cepat,
dan perang di bagian akhir memang adalah momen terbaiknya. Fury juga
menjadi film yang penuh dengan kebrutalan dan kekejian. David Ayer
tidak segan-segan menampilkan level sadisme yang mengerikan melalui
gambaran mayat-mayat yang bergeletak, jenazah yang diinjak tank, kepala
yang ditembak
peluru, dan orang terbakar.Salah satu hal yang fokus digali oleh David
Ayer adalah solidaritas pasukan tank Fury dibawah kepemimpinan Wardaddy
(Brad Pitt). David Ayer memang tidak memberikan latar belakang yang
cukup banyak untuk kita bisa mengenali kelima karakter tersebut, namun chemistry dan
kekompakan kelima pasukan tersebut diperlihatkan dengan sangat baik.
Kelima tokoh tersebut juga memiliki karakterisasi yang kuat. Don alias
Wardaddy menjadi karakter sentral yang dapat mempersatukan anak buahnya
dengan penuh wibawa, dan diperankan dengan sangat baik oleh Brad Pitt
David Ayer juga menempatkan kita sebagai penonton alias rakyat sipil
yang tidak pernah melihat perang yang sesungguhnya ke dalam penokohan
Norman (Logan Lerman), si anak bawang yang bahkan tidak pernah melihat
isi tank sebelumnya. Karakternya adalah representasi penonton. Di
suasana perang seperti inilah karakter Norman menjadi perwujudan hati
nurani kita yang harus membunuh manusia lainnya. Karakternya terasa cemen memang,
tapi jika kita sendiri berada di posisi yang sama sepertinya, apa kita
tega membunuh anak kecil yang menjadi tentara Jerman? Tapi jika kita
tidak membunuh, bagaimana jika kita yang dibunuh oleh mereka?
SINOPSIS:
Film drama laga perang dengan jadwal
tayang 17 Oktober 2014, durasi 2 jam 14 menit, rating "R", disutradarai
dan ditulis oleh David Ayer. Bintang film Brad Pitt, Shia LaBeouf dan
Logan Lerman.
Bercerita tentang kru tank AS di Jerman Nazi selama hari-hari
terakhir Perang Dunia II. Ayer membuat naskah ini setelah dipengaruhi
oleh sejumlah veteran perang dalam keluarganya termasuk membaca
literatur seperti Death Traps yang mengisahkan unit bersenjata Amerika
pada Perang Dunia II dalam kesulitan tingkat tinggi di Eropa.
Don "Wardaddy" Collier, adalah seorang sersan staf Angkatan darat
Amerika yang telah ditempa perang dalam Divisi Armored ke-2, menjadi
komandan tank M4 Sherman "easy eight" yang diberi nama Fury berisi lima
anggota, yang semuanya adalah veteran: Boyd "Bible" Swan, Grady Travis,
dan pengemudi Trino Garcia. dalam misi menekan Nazi Jerman. Menjadi
jelas bahwa kru tank tersebut, terutama Wardaddy, memiliki kebencian
terhadap Waffen-SS yang populer di kalangan Jerman. Ketika asisten tank,
Red, tewas dalam aksi tembak menembak, Norman Ellison ditugaskan untuk
segera menggantikannya.
Saat Fury dan anggota tanknya masuk semakin dalam ke kawasan Jerman,
Norman yang tidak berpengalaman telah membawa mereka dalam bahaya;
pertama ketika ia gagal menembak sejumlah tentara muda Hitler. Wardaddy
sangat marah karena kegagalan itu, dan setelah perang itu, ia
memerintahkan Norman untuk mengeksekusi salah satu tentara Jerman yang
tertangkap. Namun ketika Norman menolak melakukannya, Wardaddy menarik
pistolnya dan memaksanya menarik pemicu, menewaskan tahanan dan membuat
Norman semakin trauma.
Seorang komandan unit tank membuat keputusan-keputusan sulit ketika ia
dan krunya harus berjuang menyelamatkan diri di Jerman pada bulan April
1945.
0 komentar:
Post a Comment