Sang Pencerah
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Tuesday, September 19, 2017
with No comments
SINOPSIS:
bercerita tentang Darwis (Muhammad Ihsan Tarore) pemuda berusia 21
tahun yang baru saja pulang dari Mekah. Ia sedih karena masyarakat di
kampungnya melaksanakan ajaran agama Islam yang melenceng kearah yang
sesat. Darwis juga mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan.
Hal pertama yang dibuktikan Darwis adalah arah kiblat yang melenceng.
Ia menggunakan sebuah kompas di Masjid Besar Kauman untuk menunjukkan
bahwa selama ini penduduk desa sembahyang tidak menghadap ke Ka’bah,
melainkan ke arah Afrika. Sang Kyai, Cholil Kamaludiningrat (Slamet
Rahardjo) tentu naik pitam karena menganggap Dahlan mengubah tradisi
yang sudah dilaksanakan penduduk selama bertahun-tahun.
Ahmad Dahlan yang sudah dewasa (Lukman Sardi) kemudian merintis
pergerakan untuk perubahan arah kiblat melalui suraunya. Namun, penduduk
menganggap Dahlan sudah mengajarkan aliran sesat dan merusak keagungan
Keraton dan Masjid Besar. Selain arah kiblat, ia mulai menghimbau
masyarakat untuk berdoa kepada Tuhan dengan tanpa perantara. Masyarakat
tidak perlu berdoa dengan menggunakan kyai, ataupun sesajen. Ia
mengatakan bahwa semua umat manusia dapat berdoa langsung kepada
Tuhannya. Namun pada akhirnya, Dahlan dimusuhi orang-orang di
kampungnya.
Tak disangka, Dahlan sangat mahir memainkan biola. Tetapi,
kemahirannya ini malah dianggap kontroversial. Ia bahkan dituduh menjadi
kyai sesat karena membuka sekolah yang bernuansa seperti sekolah
Belanda, serta mengajarkan agama Islam di sekolah para priyayi,
Kweekschool di Jetis, Yogyakarta.
Berbagai rintangan harus dilewati Dahlan, mulai dari masjid Kauman
tempat ia mengajar mengaji dihancurkan massa, sampai harus rela dianggap
sebagai kyai kejawen karena dekat dengan para priyayi di Budi Utomo.
Namun, Dahlan tidak cepat berputus asa. Ia dan istrinya, Siti Walidah
(Zaskia Adya Mecca) serta kelima muridnya yang paling istimewa: Sudja
(Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah),
Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif) kemudian berjuang
untuk membentuk sebuah organisasi yang ia beri nama Muhammadiyah dengan
tujuan untuk mengajak umat Islam agar tidak terbelakang, dan mampu
mengikuti perkembangan zaman di Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment