viral (2016)
Posted by mahasiswa teladan
Posted on Saturday, September 23, 2017
with No comments
SINOPSIS:
Emma dan Stacey merupakan karakter standard, mereka mencoba dan tidak semuanya berhasil, berada di dalam sebuah “karantina” berisikan rasa cemas yang perlahan semakin membesar. Tapi sutradara Henry Joost dan Ariel Schulman cukup berhasil menjaga perputaran yang dilakukan Emma dan Stacey menjadi aksi survival yang cukup oke, menghadirkan momen intens yang tentu saja jadi senjata utama tapi di sisi lain juga menaruh fokus pada unsur drama. Sama seperti ‘Into the Forest’ film ini mencoba mengeksplorasi isu sisterhood, memberimu skema lari dan sembunyi karena siapa yang tertangkap akan mati tapi juga memiliki unsur dramatic dengan emosi yang uniknya terasa menarik.
Itu bagian yang paling mengejutkan dari ‘Viral’ dan tidak saya harapkan sejak awal. Seperti film-film produksi Blumhouse pada umumnya 'Viral' merupakan horor yang tampil dengan formula cheap, materinya juga terasa biasa, tapi hasil akhirnya tidak ternyata tidak terlalu cheap. Meskipun terasa konyol ‘Viral’ tidak terasa menjengkelkan and frustrating, stupidity yang ditampikan masih oke dan skenario “permainan” yang harus dilakukan Emma dan Stacey juga cukup believable, good decisions dan bad decisions yang dilakukan karakter di ruang yang terbatas itu tidak menjadi distraksi yang mengganggu. Hal menarik lainnya ‘Viral’ punya sedikit feel realism, mampu membuat penonton merasa tertarik untuk berjalan bersama karakter. Meskipun power dari virus itu sendiri sesungguhnya kurang kuat tapi mampu dibantu dengan baik oleh relationship drama yang dimiliki cerita yang mempunyai intimitas yang cukup oke.
Memadukan horror dengan unsur drama yang terasa sedikit lebih besar tidak membuat ‘Viral’ terasa menjemukan meskipun pace miliknya itu memang terasa lamban. Ini standard, cheesy, tampil dengan hal-hal “konyol” yang dimiliki genre horror, tapi skenario terjebak dan bertahan hidup itu mampu mengalir dengan cukup baik dan tetap terasa cukup menarik hingga akhir. Berisikan aksi survival dengan ditemani kisah tentang sisterhood yang cukup oke, ‘Viral’ merupakan sebuah sajian horror yang cukup menghibur, bermain standard namun mampu selamat dari penyakit klasik horror standard.
viral bercerita tentang emma dan adiknya stacey yang
menjalani hidup normal seperti yang lainnya di sebuah kota kecil, ketika
sebuah infeksi misterius menyebar. Dengan kondisi kota yang dikarantina
dan orangtua mereka yang terjebak di tempat lain, keduanya mulai
memakan junk food dan menyelinap ke luar rumah untuk berpesta. Namun
ketika penyakit mulai menginfeksi orang-orang yang mereka kenal, emma,
stacey, dan tetangganya, evan, membarikade diri di rumah mereka. Ketika
infeksi tersebut sudah ada di tengah-tengah mereka, emma berhadapan
dengan dua pilihan, melindungi adiknya atau menyelamatkan diri.
Viral adalah sebuah film fiksi ilmiah horor yang disutradarai bersama
oleh henry joost dan ariel schulman berdasarkan naskah yang ditulis oleh
christopher landon dan barbara marshall. Adapun para pemain yang
membintangi film viral diantaranya sofia black-d’elia, analeigh tipton,
travis tope dan michael kelly.
REVIEW:
Virus yang bersifat
parasit menyerupai cacing bergerak cepat untuk memusnahkan populasi manusia,
mereka yang terinfeksi akan berubah menjadi zombie
gila dengan kekuatan super. Akibat ibu mereka yang terjebak di dalam kekacauan
akibat penyebaran virus tersebut Emma
(Sofia Black D'Elia) dan Stacey
(Analeigh Tipton) kini harus berjuang sendiri untuk menghindar dari virus
tersebut ketika orang-orang di sekitar mereka mulai jatuh sakit, menunjukkan
tingkah laku psychotic dan melakukan aksi agresif.
Emma dan Stacey merupakan karakter standard, mereka mencoba dan tidak semuanya berhasil, berada di dalam sebuah “karantina” berisikan rasa cemas yang perlahan semakin membesar. Tapi sutradara Henry Joost dan Ariel Schulman cukup berhasil menjaga perputaran yang dilakukan Emma dan Stacey menjadi aksi survival yang cukup oke, menghadirkan momen intens yang tentu saja jadi senjata utama tapi di sisi lain juga menaruh fokus pada unsur drama. Sama seperti ‘Into the Forest’ film ini mencoba mengeksplorasi isu sisterhood, memberimu skema lari dan sembunyi karena siapa yang tertangkap akan mati tapi juga memiliki unsur dramatic dengan emosi yang uniknya terasa menarik.
Itu bagian yang paling mengejutkan dari ‘Viral’ dan tidak saya harapkan sejak awal. Seperti film-film produksi Blumhouse pada umumnya 'Viral' merupakan horor yang tampil dengan formula cheap, materinya juga terasa biasa, tapi hasil akhirnya tidak ternyata tidak terlalu cheap. Meskipun terasa konyol ‘Viral’ tidak terasa menjengkelkan and frustrating, stupidity yang ditampikan masih oke dan skenario “permainan” yang harus dilakukan Emma dan Stacey juga cukup believable, good decisions dan bad decisions yang dilakukan karakter di ruang yang terbatas itu tidak menjadi distraksi yang mengganggu. Hal menarik lainnya ‘Viral’ punya sedikit feel realism, mampu membuat penonton merasa tertarik untuk berjalan bersama karakter. Meskipun power dari virus itu sendiri sesungguhnya kurang kuat tapi mampu dibantu dengan baik oleh relationship drama yang dimiliki cerita yang mempunyai intimitas yang cukup oke.
Ditunjang dengan
kualitas elemen teknis yang tidak menunjukkan kualitas film Direct-to-VOD ‘Viral’ berhasil membuat penonton merasakan tekanan dari pandemic yang mengancam dengan cara yang
intens tapi intim. Salah satu bagian terbaik dari ‘Viral’ terletak pada cara karakter membuat cerita terus tumbuh,
meskipun tidak semuanya menarik karena kesan cheesy yang juga ia miliki at
least cukup mampu untuk terus mendorong karakter dan cerita untuk bergerak.
Masalahnya fokus yang terbagi tadi membuat cerita memiliki pacing yang lamban, dapat membuat beberapa penonton kehilangan rasa
tertarik apalagi kualitas gore
‘Viral’ juga rendah. Tapi ini tidak terasa “dreadful”
buat saya, lambat tapi berhasil mempertahankan antisipasi pada sesuatu yang
akan terjadi selanjutnya. Pencapaian itu juga berkat kinerja akting dua pemeran
utama, Sofia Black-D’Ella (Project Almanac) tampil oke
sebagai heroine yang bermain dengan
emosi dan Analeigh Tipton (Warm Bodies) yang terasa
oke dalam mempertahankan unsur dramatis cerita.
Memadukan horror dengan unsur drama yang terasa sedikit lebih besar tidak membuat ‘Viral’ terasa menjemukan meskipun pace miliknya itu memang terasa lamban. Ini standard, cheesy, tampil dengan hal-hal “konyol” yang dimiliki genre horror, tapi skenario terjebak dan bertahan hidup itu mampu mengalir dengan cukup baik dan tetap terasa cukup menarik hingga akhir. Berisikan aksi survival dengan ditemani kisah tentang sisterhood yang cukup oke, ‘Viral’ merupakan sebuah sajian horror yang cukup menghibur, bermain standard namun mampu selamat dari penyakit klasik horror standard.
0 komentar:
Post a Comment