Home » » Crimson Peak (2015)

Crimson Peak (2015)


SINOPSIS & REVIEW:
Saya ngaku, saya suka dengan film gothic karena ada kesan vintage dan dark sekaligus. Saya suka semua yang berbau vintage meski saya tak bisa memakainya. Ada alasan logisnya lah, dan saya tak mau menyebutkannya di sini. Saya memiliki ketertarikan khusus dengan peristiwa, berita, dan fiksi yang menggarap tahun awal 1900-an. Saya mengoleksi puluhan berita dan foto fashion (bahkan fashion doll) yang menunjukkan kebudayaan masa ini. Maka jangan terlalu heran jika saya menyambutnya dengan terlalu gempita. Dan harap dimaklumi jika saya menuliskan kembali posting khusus mengenai film yang saya sukai ini dengan judul Review dan Sinopsis Film Crimson peak dengan lebih lengkap.

Crimson Peak bercerita tentang penulis horor muda bernama Edith Cushing. Dia adalah anak seorang pengusaha kaya raya yang kehilangan ibunya sejak kecil. Mungkin karena dia sering dihantui ibunya itulah sehingga dia lebih tertarik menulis genre horor daripada romansa yang disukai gadis seusianya. Edith mempunyai sahabat yang diam-diam mencintainya, Alan. (Peran Alan akan cukup penting di ending nanti)

Suatu hari, seorang pria tampan datang ke rumahnya untuk meminta Carter Cushing menjadi investor usaha batu bata merahnya di Inggris. Dia datang bersama adik perempuannya yang cantik. Sir Thomas Shade dan Lady Lucille Shade adalah bangsawan kuno yang hidup dari warisan keluarga. Carter yang protektif pada anak semata wayangnya diam-diam menyewa detektif untuk menyelidiki kakak beradik ini. Malang, Carter terbunuh karena mengetahui rahasia mereka.
Edith yang berduka terlibat romantika dengan Thomas dan memutuskan ikut mereka Allerdale Hall – mansion bobrok Sharpe yang terpencil di Inggris. Di bawah mansion, ada tambang tanah liat berwarna merah yang membuat rumah itu juga di sebut Crimson Peak. Edith muntah darah ketika mengetahui nama lain rumah ini, karena sejak 14 tahun lalu, hantu ibunya berkali-kali berbisik,
Di rumah, watak Lucille yang asli mulai terlihat. Thomas yang romantis mulai menjaga jarak. Edith juga sering diganggu hantu mengerikan yang muncul di mana saja. Karena Edith ketakutan, Thomas mengajaknya ke kota sembari merencanakan pesta pernikahan.  Rencana ini ditentang Lucille. Edith yang cerdas dan pemberani mulai menelusuri rahasia Crimson Peak dan para penghuninya. Satu persatu fakta mengejutkan terkuak. Thomas dan Lucille ternyata pasangan sedarah dan anak hasil incest mereka sakit-sakitan dan mati. Mereka juga pembunuh ibu mereka sendiri yang mengetahui rahasia mereka. Tak hanya itu, Edith adalah istri keempat Thomas yang dinikahi dan diracuni. Kakak beradik ini memang berkomplot menipu dan mencuri harta untuk kelangsungan hidup mereka karena tidak mungkin hidup dari rumah warisan keluarga yang bangkrut. Berhasilkah Edith keluar dari cengkeraman mereka dan kembali ke Amerika?

Tema incest keluarga bangsawan tertutup adalah tema yang menarik dan sangat mungkin terjadi. Fakta beberapa penerus keluarga bangsawan gagal melanjutkan kegemilangan hidup pendahulunya juga sering menjadi tema fiksi yang menarik diikuti. Ketika 2 tema tersebut disajikan dalam bentuk misteri, penikmat cerita bisa sibuk menebak cerita dan sangat mungkin gagal. Tahun 1900-an, terutama zaman Edwardian dan Victorian, meski berjarak 1 abad, tetapi sangat jauh berbeda. Rasanya sulit percaya bahwa 100 tahun lalu, manusia pernah menutup akal dengan mitos dan cerita kelam mengenai sihir, hantu, dan foklore mencekam. Meski sebagian masih bertahan sampai sekarang, namun hanya di beberapa orang tertentu - yang terpengaruh film horor. Saya sendiri tertatih menebak ending cerita karena gagap informasi (padahal saya cukup mempelajarinya) meski kalut bisa jadi alasan utama kesulitan saya. Teman-teman yang sering membaca review film horor versi saya mungkin beberapa kali menemukan pengakuan saya, bahwa saya takut dengan film berdarah-darah. Di posting Mbak Susi Indigo? saya terang-terangan menyatakan saya takut luka dan darah. Pun di buku antologi pengalaman pertama yang tahun ini InsyaAllah terbit. Melihat luka membuat kewarasan saya sulit distabilkan. Bisa bayangkan dilema saya menonton film ini? Antara excited sekaligus ketakutan dengan merahnya darah.
Stop cerita mbaldrah-nya. Film ini kuat di cerita, pemeran, setting dan garapannya. Gullermo Del Torro agak jor-joran menggarapnya. Mansion Allerdale Hall atau Crimson Peak benar-benar dibangun dari awal untuk pembuatan film dan dihancurkan di akhir film. Rumah bobrok itu terlihat sangat menguras nyali, seperti akan meremas (saya) dan mencabik. Gaun yang dikenakan para pemain beberapa adalah gaun haut couture asli di tahun 1900. Kebayang dong, para pemainnya memakai gaun dengan super hati-hati. Dan tentu saja, banyak benda yang ada di setting film asli benda antik.

Saya sendiri sangat terkesan dengan acting Mia Wisakowska di film Jane Eyre sehingga saya tetap menikmatinya meski telah melihat film tahun 2013 itu berkali-kali. Saya bahkan membuat plot calon novel meniru gaya bercerita film ini, yang kebetukan bergenre 1900 awal. Semoga saya bisa menyelesaikan proyek yang sementara ini saya anggap terlalu prestisius. Agak sulit menerapkan setting ini di Indonesia. Maaf, melantur lagi. 

3 tahun ini Mia memukau saya dengan penampilannya di 3 film bersetting tahun 1900-an. Jane Eyre (2013), Madame Bovary (2014) dan Crimson Peak (2015). Jadi saya menandai film ini secara khusus karena minat dan rasa penasaran. Syukurlah terjawab dengan baik. Saya puas melihatnya dan berharap ada lagi di tahun-tahun selanjutnya.

Del Torro secara khusus mengatakan film Crimson Peak ini dengan  cerita hantu dalam Gothic Romance. Sebuah film klasik sekaligus modern karena film horor di dekade ini dimonopoli film horor jenis hantu rumah yang menebar teror melalui langkah kaki. Saatnya kembali ke horor yang benar-benar horor. Saya sepakat dengannya. Saya juga bosan dengan film horor Amerika dan mulai kebas dari rasa takut. Tahun ini semua review film horor saya nyatakan gagal menakut-nakuti. Saya agak takut jika saya yang sudah tidak takut nonton ilm horor atau memang karena terlalu sering menonton horor yang serupa dengan kemasan sedikit berbeda. Lepas dari itu, saya menghargai usaha lebih Del Torro yang puluhan filmnya tergarap dengan sangat baik.

 

Share This :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2016 PENIKMAT FILM